SEPUCUK PUISI UNTUK BUNDA
Malam
itu sunyi, sepi melintas. Hening malam menyentak kesunyian. Disaat semua insane
tengah terhanyut dalam mimpi, kecuali Bunda. Tepat pukul 03.00 pagi Bunda solat
dan berdoa, Bunda memohon kepada Tuhan agar membukakan pintu hati anak semata
wayangnya yaitu Bayu. Sambil menitihkan air mata sang Bunda berdoa dengan
khusyuknya. Setelah selesai Bunda kembali tidur hingga pukul 04.00 ia bangun
untuk solat subuh dan memasak untuk Bayu. Kini mereka tinggal berdua setelah
Ayah Bayu meninggal dunia setahun yang lalu karena terkena serangan jantung.
Sejak saat itulah sikap dan sifat Bayu berubah seratus delapan puluh derajat,
dulu bayu anak yang pandai, baik, rajin, dan patuh kepada kedua orang tuanya
tetapi semua berubah. Mungkin Ia sangat terpukul dengan kepergian sang Ayah.
Tepat pukul 04.30 Bunda membangunkan Bayu yang sedang terhanyut dalam mimpinya.
“ Bayu bangun, udah
pagi ! solat dulu “ kata bunda, “ Ah males Bun, Bayu masih ngantuk !” sahut
Bayu. “ Bayu tetapi kamu harus solat !” terang Bunda, “ Bunda, kalau Bayu
bilang gak mau ya gak mau, maksa banget sih ! “ bentak Bayu. “ Tapi solat itu
kewajiban kamu !” kata bunda, “ Udahlah Bun, capek aku nanggepin Bunda “ ucap
Bayu dengan nada malas dan kembali tidur. Bunda lalu pergi untuk bersih –
bersih rumah. Tepat pukul 06.00 Bayu dan Bunda sarapan tetapi tiba – tiba, “
Ha, makanan apaan ini ! tempe,tahu sama kerupuk ! ” teriak bayu. “ Seharusnya
kamu itu bersyukur masih bias makan yu “ terang Bunda. “ Udahlah bun, Bayu gak
mau sarapan ! “ bentak Bayu smabil pergi meninggalkan ruang makan dan berangkat
ke sekolah. Astagfirullah kenapa kamu sekarang berubah Bayu, batin bunda dan
menitihkan air mata. Bunda kembali bersih – bersih rumah, Bunda membersihkan
foto – foto keluarga mereka. “ Pak, kalau saja Bapak masih ada mungkin Bayu
tidak seperti ini ” guman Bunda sambil memandangi foto Bapak.
Memang
sekarang keadaan ekonomi keluarga Bayu sedang buruk, sebab itu Bunda harus
banting tulang guna memenuhi kebutuhan hidup mereka berdua mulai dari berdagang
hingga menjadi buruh cuci. Semua dilakukan dengan tulus dan ikhlas demi Bayu,
tetapi Bayu seakan tak sadar dengan hal itu ! bukannya menghemat uangnya, Bayu
malah mengahmbur – hamburkan uangnya untuk mencari kesenangan. Entah apa yang
ada di benak Bayu saat ini, mungkin ini karena Bayu salah memilih teman dalam
pergaulan. Bayu ikut dalam geng motor yang tiap malam kerjaannya selalu
keluyuran dan nongkrong gak jelas. Bayu mulai kenal geng motor karena diajak
oleh Aldo temannya.
“ Hei yu, motor loe kan
keren tu masak Cuma loe anggurin buat pergi ke sekolah ! mending ikut gue ntar
gue kenalin ke geng motor gue ! “ bujuk Aldo. “ tapi gue gak bakal di izinin
sama nyokap gue “ jawab Bayu. “ Ah cemen loe, gak banget hari gini masih takut
sama nyokap Bayu.. Bayu.. ! ” timpal Aldo meledek. “ Bukannyatakut tapi gimana
ya ? “ jawab Bayu bingung. “ Heleh bilang aja kalau loe takut, dasar pengecut !
“ bentak Aldo. “ Gue gak takut ya, Ok gue buktiin ke loe kalau gue bukan
pengecut ! gue mau masuk geng loe ! ” jawab Bayu dengan mantap. “ Hahaha.. gitu
dong ! baru namanya Bayu”. Ucap Aldo dengan puas. Sejak ajakan itu Bayu selalu keluar malam, jangankan
belajar solatpun kini Ia lupa.
Seakan termakan rayuan setan untuk menikmati gemerlap dunia, kini Bayu
sudah kenal yang namanya rokok dan pacar Ia lupa akan nasihat dari Bundanya
yang pernah dikatakan,” Ingat Bayu rokok itu tidak baik untuk kesehatan, dan
pacaran itu termasuk zina ! “ seakan kata – kata itu kini hilang ditelan godaan
dunia. Peringkatnya disekolahpun mulai turun ! Bayu tidak memikirkan hal itu
tetapi sebaliknya sang Bunda sangat prihatin melihat sikap dan sifat Bayu
sekarang. Bunda tak percaya Bayu yang manis, lugu,dan polos, masih sering
menangis ketika lapar tetapi kini semua hilang kini Bayu menjadi anak yang
besar,nakal,dan lupa dengan nasihat – nasihat Bundanya.
Pagi itu bunda sedang
mencuci pakaian milik tetangga, tiba – tiba kepala Bunda pusing sekujur
tubuhnya lemas dan langsung pinsan. Untunglah pada saat itu ada tetangga yang
ingin membayar cucian, karena di panggil – panggil Bunda tidak menyahut sang
tetangga langsung masuk dan mencari Bunda. Ia kaget ketika melihat Bunda pinsan
di kamar mandi, Ia langsung meminta tolong ketetangga yang lain. Bunda langsung
dibawa ke rumah sakit, tetangga yang menghantar Bunda langsung menghubungi Bayu
tetapi selalu tidak ditanggapi, Bayu malah asik dengan teman – temannya.
Setelah Bunda sadar barulah Bayu datang ke rumah sakit. Dokter yang menangani
Bunda bilang kepada Bayu bahwa Bundanya hanya kecapekan. Paginya Bunda sudah di
izinkan untuk pulang oleh Dokter, bukannya disuruh istirahat tetapi Bunda malah
disuruh bekerja oleh Bayu. Bundanya hanya bisa menuruti kata – katanya walaupun
keadaan Bunda belum sembuh total. Setelah menyuruh Bunda Bayu langsung pergi
ngeluyur dengan teman – temannya.
(Tiga hari kemudian). Pagi
itu Bunda sedang membersihkan rumah dan mencuci pakaian tetangga, tiba – tiba
Bunda kembali merasakan sakit di bagian dadanya. Selesai bersih – bersih Bunda
langsung pergi ke Dokter, setelah di periksa Bunda diberi amplop berisikan
hasil pemeriksaan, ternyata Bunda mengidap penyakit kanker hati.
Dokter : “ Ini bu hasil pemeriksaannya silahkan dibaca terlebih dahulu ! “.
Bunda : “ Terima kasih Dok,
baik ! ( sambil membaca hasil pemeriksaan ), astagfirullah apakah benar saya
sakit kanker hati ? “ (dengan wajah pucat dan lemas ).
Dokter : “ Maaf bu, tapi memang
seperti itulah kenyataannya ! Ibu menderita penyakit kanker hati ! ”.
Bunda : “ Terus apa yang harus
saya lakukan Dok, penyakit saya masih bisa di sembuhkan kan Dok? “
Dokter : “ Untuk saat ini lebih
baik Ibu berdoa dan tabah se3moga ada keajaiban yang turun, karena sampai saat
ini penyakit ini sangat sulit untuk disembuhkan ! kemungkinan untuki sembuh
sangatlah kecil ! “.
Bunda : “ Baik Dok, terimakasih
! “.
Bunda pulang dengan langkah gontai Ia tak percaya semua ini dan hampir
putus asa, Bunda juga tidak mau Bayu sampai tahu hal ini, Bunda tak mau melihat
Bayu menjadi sedih.
Siang itu Bayu sedang pulang sekolah Ia memanggil –
manggil Bunda tetapi tidak ada jawaban sama sekali, kemudian Bayu mencari
kekamar Bunda tetapi juga tidak ada Bayu malah menemukan kertas dan amplop,
Bayu lalu membaca surat itu ternyata itu adalah surat diagnosa dari Dokter.
Bayu yang membaca surat itu langsung terpaku, sekujur tubuhnya terasa lemas
seakan lututnya tak mampu menyangga tubuh Bayu. Bayu langsung ingat dengan
semua perlakuaannya kepada sang Bunda, Ia menyesal telah memperlakukan Bundanya
seperti pembantu.
Malam itu malam minggu
seperti biasa Bayu nongkrong dengan teman – temannya. “ Eh mumpung sepi kita
balapan yuk ? pada berani gak ?” ujar salah satu teman Bayu. “ Ayo siapa takut
! ” jawab Aldo mantap. Dilain sisi sebenarnya Bayu tidak mau karena selalu
kepikiran dengan Bunda, tetapi ia juga tidak mau dikatain pengecut, Bayu pun
juga setuju. Setelah semua setuju salah satu teman Bayu maju ketengah jalan Ia
langsung menghitung mundur, “ tiga...., dua.. ., satu.. “. Balapanpun dimulai
mereka bersaing dengan sengit, dan Bayu selalu kepikiran dengan sang Bunda !
Bayu menjadi tidak konsentrasi dan tiba – tiba ada truk dari arah berlawanan,
karena kaget pikiran Bayu menjadi buyar Ia langsung membanting setir.
Kecelakaan mautpun tak terelakkan, truk itu menabrak pohon dan supirnya
langsung tewas di tempat, sedang Bayu menabrak pembatas jalan dan kakinya
tertindih motornya. Untunglah Bayu masih bisa diselamatkan dan dilarikan ke
rumah sakit terdekat. Bunda yang ada
dirumah sedang melihat – lihat foto keluarga tiba – tiba dikejutkan dengan
jatuhnya foto Bayu, perasaan Bundapun menjadi was – was dengan keadaan Bayu. “
Ya Allah ada apa ini? Lindungilah anak hamba ya Allah ! ” doa Bunda. Salah satu
teman Bayu langsung ke rumah Bayu dan menceritakan semuanya kepada sang Bunda. Sang
Bunda yang mendengar cerita teman Bayu kaget dan tak kuasa menahan tangis.
Bunda dan teman Bayu tadi langsung pergi ke rumah sakit, sesampai di rumah
sakit air mata Bunda tak terbendung lagi, melihat anaknya yang masih dianggap
kecil itu terbujur lemah dan tak berdaya. Dokter yang menangani Bayu berkata
kepada Bunda. “ Kaki anak Ibu harus di amputasi karena telah terinfeksi dan
terjadi pendarahan yang parah ! “. “ Astagfirullah, baik dok saya akan bilang
kepada Bayu” jawab Bunda. Tetapi tak disangka Bayu diam – diam telah mendengar
percakapan antara Dokter dengan Bunda karena mereka ada di pintu kamar yang
dipaki Bayu. Bayu tak bisa membendung air matanya setelah itu Bunda langsung
bilang semuanya kepada Bayu, tetapi Bayu hanya diam membisu sambil menagis.
Bayu langsung meminta maaf kepada Bunda atas sikap dan sifatnya selama ini,
Bunda hanya bisa mengangguk dan menangis. Rasa haru menyelimuti suasana saat
itu. Bayu terus memikirkan hal itu, akhirnya dia memutuskan untuk mendonorkan
hatinya kepada Bunda tanpa sepengetahuan Bunda. Operasipun dilakukan tetapi
Bayu menghembuskan nafas terakhirnya setelah selesai operasi. Bunda terkejut
dan menangis bahagia. Bunda terkejut karena harus kehilangan Bayu dan senang
karena ada yang mendonorkan hatinya kepada Bunda. Sehari kemudian operasi
dilakukan dan berhasil, kini bunda telah sehat. Setelah keadaan Bunda pulih
Dokter menemuinya dan menyampaikan sesuatu.
Dokter : “Bu, ini ada sesuatu dari anak Ibu, Ia memberikan ini sebelum
meninggal “
Bunda : “ Terima kasih Dok.
( sambil membaca pesan itu )
Jadi yang mendonorkan hati kepada
saya adalah Bayu Dok?”
(dengan nada sedih dan menangis )
Dokter
: “ Benar sekali Bu, Bayulah yang mendonorkan hatinya kepada Ibu ! ia merelakan
hatinya demi Ibu. “.
Bunda
: “ Terima kasih Dok telah menyampaikan pesan ini “
Dokter
: “ Sama –sama bu “ ( lalu pergi meninggalkan Bunda )
Bundapun
kembali membaca pesan itu sambil menangis.
Isi
surat :
“ Bagaimana keadaan
Bunda ? semoga tambah sehat, Maaf juga Bayu tidak bilang kepada Bunda jika mau
mendonorkan hati Bayu untuk Bunda, Bunda jangan sedih ya! Bayu tidak pergi kok!
Karena hati Bayu selalu ada dalam raga Bunda. Bayu juga punya puisi untuk
Bunda.
Jalan
hidupku tak selalu……..
Tanpa
kabut yang pekat
Namun
kasihmu nyata padaku
Pada
waktumu yang singkat
Seperti
pelangi sehabis hujan
Itulah
janji setiamu Bunda
Dibalik
lukaku lelah mencari
Harta
yang tak ternilai dan abadi
Bunda
jagalah dirimu seperti kau menjagaku
Bunda
selalulah kau tersenyum
Karena
senyummu itulah nyawaku
Samapi jumpa Bunda jaga
hatiku selalu Bunda, terima kasih pengorbananmu selama ini. Bayu yakin kita
akan bertemu di surge nanti. “
Sejak hari itu, Bunda hidup sendiri dan bahagia meski
telah di tinggal oleh Bayu dan Bapak. Bagi Bunda ini bukanlah akhir dari
segalanya tetapi adalah kehidupan Baru yang penuh tantangan dan kebahagiaan.
SEPUCUK PUISI UNTUK BUNDA
1.
PERKENALAN / PENDAHULUAN :
Tokoh
: Bayu, Bunda, Aldo, Dokter
Latar
: Rumah Bayu, Rumah Sakit
Alur
: Alur Maju
2.
KONFLIK :
-
Bunda membangunkan Bayu dan menyuruhnya
untuk solat tetapi Bayu tidak mau karena sedang males.
-
Bayu tidak mau makan karena makanannya
sederhana dan Bayu langsung pergi ke sekolah
-
Bayu disuruh Aldo untuk ikut bergabung
dalam geng motornya tetapi tidak mau karena takut di marahi Bunda. Tetapi Bayu
juga tidak mau di bilang pengecut
-
Bayu membaca surat diagnosa dari Dokter
dan Ia merasa bersalah kepada Bunda selama ini perlakuannya kasar terhadap
Bunda.
-
Karena kepikiran Bunda Bayu menjadi
tidak konsentrasi dalam menyetir dan akhirnya Ia kecelakaan
3.
KLIMAKS :
Bunda
ternyata mengidap penyakit kanker hati tetapi Bayu sang anak tidak mengetahui
hal itu, pada suatu malam Bayu balapan dengan temannya tetapi naas Bayu kecelakaan
setelah di sarankan Dokter untuk mengamputasi kakinya dunia Bayu Seperti
Runtuh, Akhirnya Ia memilih untuk mendonorkan hatinya kepada sang Bunda meski
Bayu harus kehilangan nyawanya. Semua dilakukan Bayu untuk menebus kesalahannya
kepada Bunda selama ini.
4.
ANTI KLIMAKS :
Sebelum
meninggal Bayu sempat menulis sebuah surat untuk Bunda yang berisikan ucapan
maaf, terima kasih dan sebuah puisi.
5.
PENYELESAIAN :
Setelah
ditinggal pergi oleh Bayu dan Bapak, Bunda tidak merasa hancur dunianya tetapi
itulah kehidupan baru Bunda yang penuh dengan kebahagiaan.
SEPUCUK PUISI UNTUK BUNDA
KARYA :
NAMA : MUHAMAD FAHRUROZI A
NO. UJIAN : 13-008-143
KELAS : IX-E